Sabak masih digunakan oleh sebagian siswa sekolah
dasar pada tahun 1960-an bahkan sampai 1970-an. Sabak digunakan sebagai
media latihan menulis dan mencatat selama proses pembelajaran di kelas.
Penggunaan buku tulis pada waktu itu masih merupakan barang mewah. Ternyata dibanding buku tulis,
sabak mampu menstimulasi otak untuk melatih mengingat. Mengapa? Ketika
tulisan di sabak sudah penuh, maka tulisan itu harus dihapus sehingga
siswa bisa menulis yang lain.
Artinya tidak ada media penyimpanan data
selain di otak, sehingga otak terlatih untuk mengingat apa yang sudah
ditulis oleh siswa. Proses berulang menyebabkan memori otak semakin
terlatih untuk mengingat, sehingga ingatan menjadi semakin tajam. Ketika buku sudah mulai
digunakan otak menjadi kurang terlatih karena catatan dan data tersimpan
pada buku, baik buku tulis maupun buku cetak. Pada tataran ini otak
mulai kurang dilatih untuk mengingat sehingga stimulus mulai berkurang.
Kapasitas penyimpanan data
semakin tidak terbatas ketika ditemukan komputer dan media penyimpanan
yang relatif tidak terbatas. Manusia semakin mengandalkan media digital
untuk menyimpan catatan dan data, otak kurang distimulasi untuk
mengingat sehingga daya ingat semakin berkurang. Bahkan untuk mencari
sebuah arti kata atau konsep sekarang manusia mengandalkan mbah Google
atau mesin pencari lainnya di dunia maya.
Pada tataran ini terjadi
penurunan fungsi dan kinerja otak atau biasa disebut dengan degradasi
kecerdasan otak. Degradasi kecerdasan otak ini benar-benar bisa terjadi
jika manusia hanya mengandalkan media digital sebagai sumber informasi
namun tidak melatih mengolah ke dalam otaknya. Walau media digital dan
dunia maya sudah menjadi arus gobal, namun otak harus tetap mendapatkan
stimulus.

Tinggalkan Komentar...
0 Respones to "Perbedaan Sabak 1960-an dan Era Sekarang"
Posting Komentar